Cari dengan google

Tuesday, February 9, 2010

AKU BELAJAR TENTANG SEJUMPUT KEJUJURAN

Pertengahan February 2008, aku transit di bandara Frankfurt Am Main Intl. airport, Frankfurt, Jerman, mungkin sekitar jam 10 malam, sebelum Lufthansa membawaku pulang ke Jakarta hari itu, setelah 3 jam sebelumnya aku berlelah-lelah di Bilbao Airport, menikmati pemandangan disana, akhir dari tugas kerjaku selama 30 hari di Spanyol. Malam itu cukup ramai, lebih ramai dibandingkan saat aku transit disana 30 hari sebelumnya. Ramai namun menarik, karena pemandangan yang jarang-jarang aku temui, melihat wajah-wajah orang dengan berbagai bentuk, berbagai warna, dan berbagai macam bahasa. Sekelompok orang bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan ke Prague, sebagian lagi sedang sibuk melihat papan flight status, mencari update untuk penerbangan mereka selanjutkan ke
Dubai, sebagian lagi sedang konsultasi dengan pihak airline.. mengingat penerbangannya ke Bangkok mengalami keterlambatan, ditambah dengan diskusi-diskusi konyol, beberapa ada yang penuh kepanikan dan berlari sambil memegang boarding pass dengan eratnya, ada juga yang tersudut dan memilih untuk tidur hanya beralaskan lantai dan menjadikan backpack nya sebagai bantal, dan masih banyak cerita, namun nikmat untuk dilihat sambil menunggu siapnya pesawatku untuk menerbangkanku pulang.
Aku memutuskan untuk melihat-lihat outlet souvenir yang ada disana sambil menunggu waktu pikirku. Ada satu outlet yang sepertinya cukup mewakili dan memiliki koleksi yang cukup lengkap. Aku berjalan mendekat, memasukinya, dan akhirnya berkeliling disitu, outlet nya tidak terlalu besar, dia jauh lebih kecil dibandingkan dengan outlet-outlet yang lain, namun outlet ini yang paling ramai pengunjung. Aku berkeliling disitu, banyak pernak pernik menarik, tempelan kulkas, topi dengan logo Negara Jerman, gantungan-gantungan kunci, mug dan masih banyak lagi, hingga akhirnya aku memutuskan untuk membeli topi, dan.. mungkin 1 buah tempelan kulkas untuk dirumah, setelah aku merogoh kantong dan menyadari masih ada beberapa euro yang sepertinya cukup untuk membeli pernak pernik tersebut. Aku ambil 2 buah topi, 1 hitam dan 1 krem, dengan hiasan yang sama, kemudian aku berjalan ke tempat hiasan tempelan kulkas, cukup berhati-hati mengingat cukup ramainya pengunjung disana dengan gang outlet yang cukup sempit. Setibanya aku di area souvenir tempelan kulkas, aku mulai melihat-lihat beberapa tempelan kulkas yang lucu-lucu itu, Ada beberapa yang aku suka, dan aku mulai memegangnya.. dan praaaaaaaaaanngg… jatuhlah 3 tempelan kulkas yang lain ketika aku mencoba menyentuh satu tempelan kulkas yang cukup lucu menurutku, semua tempelan kulkas itu terbuat dari keramik, dan 3 buahnya terjatuh ke lantai marmer, dan pecah jadi beberapa bagian.
Sejenak aku kaget dan takut, dan beberapa orang mulai mencari-cari sumber dari bunyi pecahan tersebut, seorang wanita british disebelahku pun agak kaget dan akhirnya menjauh perlahan, sementara dari sudut outlet, seorang penjaga outlet, sang kasir, seorang wanita berumur kira-kira 47tahun, berkulit putih dan berambut pirang, sepertinya penduduk lokal, mulai melihat-lihat dan mencari siapa yang telah merusak souvenir-souvenirnya, dan sebelum dia mendapatiku, aku memutuskan untuk segera mengangkat tangan kananku tinggi-tinggi, supaya sang penjaga outlet, bisa melihat kearahku. Setelah dia mendapatiku dan menyadari itu perbuatanku, aku melihat roman muka yang kesal, dan dia bertolak pinggang disana, memiringkan kepalanya sedikit dan kemudian menunjuk-nunjukan jari telunjuk dari tangan kanannya ke arahku, bukan menuding, tapi menggerakan jari telunjuknya naik turun dengan siku tangan yang masih tertekuk, hingga akhirnya aku katakan sesuatu dengan tone yang agak kuat disitu, sambil tetap membiarkan tangan kananku terangkat, “it’s me Mam.. I dropped them, I’m so sorry.. but I will pay for those okay.. don’t worry’..!”. Setelah aku katakan kalimat tersebut, aku melihat ekspresi mukanya yang sedikit melunak, tersenyum walau agak kecut. Tapi ya sudahlah pikirku, aku sudah sampaikan yang sebenernya. Dan akhirnya aku kembali melanjutkan kegiatan shopping kecilku. Hatiku menjadi tenang, lega dan tidak lagi takut sesaat seperti tadi. Apalagi setelah aku menyampaikan kelalaian ku tadi ke penjaga outlet tersebut.
Selesai dengan belanjaan kecilku, ditambah aku membawa 3 buah tempelan kulkas dalam bentuk pecahan, aku menghampiri kasir, si penjaga outlet tersebut, aku letakkan 2 buah topi, satu buah tempelan kulkas, dan.. 3 buah tempelan kulkas yang lain dalam bentuk pecahan yang sudah tidak bisa dijual lagi, tepat diatas meja kasir. Aku bertanggung jawab dan akan membayarnya.
Dia mulai menghitung, dan memasukkan setiap harga kedalam mesin kasir, namun 3 buah tempelan kulkas yang pecah, tidak dihiraukannya. Aku mengingatkan beliau untuk 3 buah tempelan kulkas ini, tapi dia hanya menjawabku dengan sambil tersenyum kearahku, “you’re a good boy, careless… clumsy, but honest, it’s okay, I won’t charge you for these, just pay what you buy…”.
Kemudian jawabku “Mam.. are you sure? But it was my mistake, it’s okay.. it’s my responsability to pay those”.
Dan tegasnya lebih lanjut “No… no need, I said because you’ve been being honest.. I like you.. you know, this is just a small stall, because usually some people do the same, but they run away after.. or pretending that it never happened, let’s say.. you are few cases among others.. so thank you, I do appreciate it, where will you fly anyway..??”, kemudian beliau menekan mesin enter, dan tak lama struk ku tercetak.
“To Jakarta, Indonesia….”
“So you are from Indonesia…?”, sambil menyerahkan kantung kertas kecil berisi belanjaan kecilku.
“Yes… Mam”, jawabku sambil senyum.
“Oh… no wonder….!”, dia menyerahkan struk belanjaku, dan aku membayarnya, semua dengan uang logam yang tersisa, dan hanya menyisakan beberap euro koin di kantongku. “Anyway Mam, thank you… and I’m terribly sorry okay for having those souvenirs broken because of me…”, ucapku sebelum perlahan meninggalkan outletnya.
Kemudian dia tersenyum, “Don’t worry… you know.. I always dream to visit your country..especially Bali and Jogjakarta, but I don’t know when I will have that chance.. just wish me luck okay, anyway.. I am Susan”, dia menjabat tanganku, dan aku membalasnya, “I am Andy, Mam… such a pleasure to meet you, poor me I have to go in the next few hours…” “…Just Susan, Andy… pleasure to meet you too, okay… go away you clumsy boy…”, candanya sambil mengusirku, mengingat beliau harus segera melayani customer berikutnya yang ternyata sudah menunggu beberapa menit dibelakangku.
“Okay Susan… hope to meet you in my country… well, I don’t know when, so bye Susan!!”, jawabku sambil senyum dan meninggalkan outletnya yang sudah semakin sesak pengunjung.
Kejujuran yang spontan malam itu di Airport, mudah-mudahan pelajaran selama lebih kurang 15menit itu membuatku semakin matang dalam memahami arti dari sejumput kejujuran, yang mungkin, untuk sekarang.. dan mungkin untuk beberapa tahun kedepan, akan menjadi hal yang langka, dimuseumkan pun tidak. Aku masih belajar hingga sekarang, seringkali tidak lulus, namun aku tidak menyerah.

Andy Krisbianto
12 Oktober 2009

2 comments:

ロイ said...

ih kamu. kaya nulis novel aja.

Anonymous said...

Nice story bang,
baru baca siang ini
setelah mengerjakan laporan bulanan yg bikin pusing :)
many stories bout u i've heard from others, one thing that I learned for u that no matter what the situation is just don't give up.
GBU