Cari dengan google

Thursday, October 20, 2011

OJEK MAUT


Insiden mengerikan kali ini dimulai setelah aku turun di stasiun Tebet. Segera setelah turun dari kereta komuter yang lumayan agak kosong, aku menuju pangkalan ojek yang bertengger dipinggir pintu masuk utama stasiun. Kira – kira 5 meter sebelumnya aku sudah memperhatikan mereka, dari segelintir para tukang ojek yang melambai-lambaikan tangan, aku tetap hanya tertuju ke satu orang yang sudah kuanggap langganan dan mengerti jalan terbaik dan tercepat menuju kantorku. Kalau tidak si abang A, aku beralih ke abang B, mereka kebetulan kakak beradik dengan profesi yang sejenis.

Tuesday, March 22, 2011

NAKAL, LUNAK, BAHENOL

Menggelinjang - gelinjang nakal dimainkan liarnya lidah.
Dia seperti hidup dan berontak dengan gerakan - gerakan panas; meliuk, meringkuk, berpindah - pindah posisi dengan ganasnya.
Bongkahan - bongkahan lunak yang bahenol dan amat sekal yang bercampur lendir itu semakin merajalela.
Aku terbuai teramat dalam, mata ini mendelik dibuatnya, dan kemudian turun perlahan... Dan mendelik lagi dalam sekejap, berpeluh dan tersudut, oleh mereka yang bergerilya dengan tajam dan sadis.
Makna itu hingga tak terucap, nikmat yang hingga tak terkatakan. Rasa yang sudah melayang hingga entah kemana. Tersesat oleh nafsu sesaat dan seperti tak ingin kembali. Realita tersingkir, kesadaran terinjak - injak.
Sore itu, kembali rasa puas seperti noda yang melecehkanku berulang-ulang. Aku sudah kotor namun penyesalan selalu begitu samar.

Hingga sesaat kemudian....

Aku tersadar....

Pengeras suara menggema... Dan aku harus bersiap - siap...
Keretaku hampir tiba...

Oooh somay stasiun Sudirman...
Sore ini "goyangan pinggulmu" kembali sukses menodai mulutku.
Dan seruan menggema pengeras suara kembali menyelamatkanku...
Tapi semua sudah terlambat...
Aku sudah terlanjur ternoda...
Dan rasanya...
Esok atau lusa cerita ini akan tetap sama...

Food Hall St. Sudirman, 22-Mar-2011; 19:45
Andy Krisbianto

KUPU – KUPU STASIUN CAWANG


Stasiun Cawang, 9:25pm

Aku berdiri di barisan paling kiri, di platform penumpang yang mengarah ke Bogor, menunggu keretaku tiba, hanya berjarak beberapa langkah dari 2 petugas pemeriksa tiket dipinggir gerbang menuju platform. Sengaja aku berdiri disitu sehingga aku bisa memperoleh gerbong nomor 2 atau 3 dari barisan depan rangkaian kereta, dengan demikian aku pun bisa turun di stasiun tujuan dengan lebih cepat menuju pintu keluar. Berharap malam itu penumpang sudah tidak terlalu padat, sehingga aku tidak perlu berjejalan masuk memasuki gerbong barisan depan, barisan gerbong yang menjadi andalan bagi sebagian besar penumpang.