Cari dengan google

Thursday, October 20, 2011

OJEK MAUT


Insiden mengerikan kali ini dimulai setelah aku turun di stasiun Tebet. Segera setelah turun dari kereta komuter yang lumayan agak kosong, aku menuju pangkalan ojek yang bertengger dipinggir pintu masuk utama stasiun. Kira – kira 5 meter sebelumnya aku sudah memperhatikan mereka, dari segelintir para tukang ojek yang melambai-lambaikan tangan, aku tetap hanya tertuju ke satu orang yang sudah kuanggap langganan dan mengerti jalan terbaik dan tercepat menuju kantorku. Kalau tidak si abang A, aku beralih ke abang B, mereka kebetulan kakak beradik dengan profesi yang sejenis.

Kali ini si abang B yang beruntung, tanpa basa basi segera aku naik, meraih helm yang si abang beri dan tak berapa lama motor mulai jalan perlahan, keluar dari area stasiun dan kemudian melesat agak cepat, menyalip beberapa mikrolet dan satu dua kopaja yang masih ogah-ogahan untuk jalan karena menanti penuhnya penumpang. Pagi  yang cukup terik dan berkeringat, tapi kulihat wajah – wajah yang bersemangat dari para pencari rejeki di senin yang panjang ini.

Ojek yang kunaiki masih dengan semangatnya melesat cepat, keterbiasaan dia menghadapi keseharian kekacauan jalan dan mungkin sudah sejiwa, yang justru membuat aku sedikit berdebar – debar, kotradiksi yang kentara sekali. Melesat.. melaju kencang, menyalip kanan, menyalip kiri, aku percayakan detik demi detik saat itu ditangannya. Namun… lima menit setelahnya, sesuatu yang genting tiba – tiba membangunkanku, menyadariku, aku merasakan ada yang sangat aneh hingga membangunkan naluri yang agak tertidur pagi itu.. dan sampai akhirnya semuanya menyatu dan meledak, mataku mendadak terbelalak, bergetar karena panik yang tak tertahankan;
Helm ini sangat – sangat membuat aku ingin muntah, baunya yang luar biasa yang telah mencapai stadium tertinggi dari semua jenis bau tak sedap yang pernah numpang lewat dari hidungku, yang akhirnya membuat aku sedikit agak oleng dan kedua bola mata ini menjadi berputar – putar. Aku segera membuka kaca helm untuk mencegah supaya aku tidak pingsan dan segera menghirup nafas dari udara luar yang ada. Segar.. Sedikit melegakan… tapi ternyata sesaat! Sesuatu yang jahat yang lain kembali menyerang, bau yang sama dengan segera marasuki hidungku, Oh tidak… ternyata tidak! ini tidak sama.. bukan bau yang sama! Bau ini lebih jahat dan samasekali tak memiliki belas kasihan, sungguh neraka dunia !! Aku tidak menyangka akan berhadapan dengan jahatnya jaket kulit si abang yang berjamur dan lembab.

Aku serta merta hanya bisa menoleh kekanan dan kekiri dengan lemasnya, dengan wajah memelas tak berpengharapan, kusut dan mata sedikit berair mengharapkan bala bantuan tapi apa daya kondisi tidak memungkinkan bahkan untuk mereka – mereka yang ada disekelilingku, bisa memberi sedikit perhatian kearahkupun tidak. Aku semakin sesak, mencoba bertahan dengan mengambil nafas yang tersedia diruang udara terbuka sebelah kanan dan kiriku yang pekat dan berdebu, berhasrat sangat hendak membuka helm dan melepasnya, tapi barisan polisi yang mungkin berjejer didepan jalan yang mengurungkan niatku yang tidak mulia ini.

Suasana jalanan makin pikuk, makin berdebu.. dan semakin pekat karena knalpot dan juga bising karena suara klakson yang berganti-gantian mengambil bagian dalam kekacauan pagi yang terik itu. Detik demi detik aku semakin terpaku, terduduk semakin lemah.. tapi aku percaya bahwa aku kuat dan akan sanggup bertahan menghadapi pengujian yang terasa bergitu berat dan melelahkan ini.

“KITA LEWAT JALUR TENGAH YA MAS!!!”, ujar si abang, dan sebelum aku menjawab ya atau tidak, dia sudah berbelok kejalur tengah Casablanca, jalur hijau, melalui pepohonan demi menghindar dari antrian mobil dan motor yang kacau dijalur jalan utama. Berbelok kekanan kekiri, menunduk, melewati tonjolan akar – akar pohon yang menyembul dari bawah tanah, menunduk lagi karena ada batang pohon yang menghalangi jalur. Dia terampil.. tapi tetap amat menakutkan, walau tak seberapa menakutkan dibanding penderitaanku terjebak dalam helm lembab ini dan jaket kulit si abang yang sudah berjamur dan lembab, menciptakan aroma racun yang jahat.

Lepas dari jalur tengah.. dia kembali mengambil jalur jalan utama, menemui kekacauan yang sama. Dan dengan kondisi yang sama, aku mencoba mengumpulkan sedikit demi sedikit kekuatan untuk tetap bernafas, meronta – ronta tak tahan dan mencoba mencari celah untuk mendapat sedikit udara yang lebih segar. Sementara dalam waktu yang bersamaan, bau yang jahat itu sudah mulai merasuk semakin dalam… ya semakin dalam dan mulai bersarang, ini sesuatu yang menakutkanku, mimpi buruk yang tidak pernah aku harapkan, penindasan yang menjijikkan dan tidak manusiawi.
Tapi dengan ketidakberdayaan, harapan yang semakin samar dan perlahan tenggelam… Aku mencoba tetap bertahan… dan masih bertahan. Aku meyakinkan diri ini bahwa aku sanggup. Aku sanggup ! yaa.. aku sanggup.

“KITA LEWAT TROTOAR YA MAS !!!”, ujar si abang, dan aku hanya menatap nanar dan lemas, setengah tidak sadarkan diri dan tiba – tiba motor sudah naik ke trotoar. “Ini tidak benar… ini tidak benar !!!”, aku hanya sanggup berujar dalam hati. Tidak ada pejalan kaki, tetapi yang mengerikan adalah ditengah – tengah trotoar pun terdapat satu dua pohon dan juga tiang listrik, sementara dibagian pinggir trotoar dipenuhi semak yang membuat badan trotoar ini semakin menyempit. Ini kengerian berikutnya… kembali berbelok – belok melewati rintangan – rintangan, dia terampil.. tapi tetap menakutkan, kali ini aku sambil memejamkan mata, membuka kaca helm, tapi tidak bisa lagi menoleh kekanan dan kekiri untuk mengambil nafas yang tidak beracun, karena sedikit menoleh saja, kemungkinan besar helm ini akan mengenai tiang listrik atau batang pohon dan pastinya aku akan terjatuh. Aku hanya berharap jalur trotoar ini segera berakhir.
Harapanku terkabul… Yaaah akhirnya terkabul…. Sesuatu banget dengan jalur trotoar tadi.

Detik – detik menjelang pingsan, tersisa hanya 20% kekuatan yang ada untuk tetap sadar, akhirnya motor berhenti didepan sebuah gedung.. masih dengan tatapan nanar, kosong dan sedikit berair, aku mencoba mengumpulkan kekuatan untuk menoleh kearah kiriku. Sebuah cahaya pengharapan muncul tiba – tiba, mata ini kembali mendelik, bersamaan dengan itu, aku tersenyum. Tubuh yang tadinya lemas.. mendadak kokoh kembali, dengan terampil aku segera turun dari motor, melepas helm dengan kekuatan penuh dan memberikannya kepada si abang. Menyadari bahwa akhirnya aku sudah tiba, aku merentangkan tangan lebar – lebar, memejamkan mata sesaat dan mengarahkan kepalaku ke langit, mengambil nafas dalam – dalam dan “Yeeeeeeeeeeeeeaaahhh !!!”, teriakku dengan kencang penuh rasa syukur.

“Makasih yang beh…”, ujarku ke abang ojek sambil memberi selembar uang 20 ribu’an, walau tanpa melempar keluhan betapa mautnya helm dan jaket kulitnya. Mungkin karena rasa kemenangan yang sudah melebihi segala – galanya. 
Segera kuberlari kedalam gedung, masuk ke lobi utama, dan… “Aaahh…!”, aku menghirup segarnya dan dinginnya udara AC gedung yang nyaman.

Aku segera menuju lantai 3 dengan riang gembira, dan akhirnya aku sudah tiba dengan sempurna di kantorku, terduduk nyaman dikubikasiku yang lucu. Kunyalakan PC, membuka word.. dan.. mulai dengan mengetik 'note'ku pagi ini. Sebuah awal dari kesibukan yang dipenuhi dengan senyuman kemenangan.

……………………….
……………………….
……………………….
……………………….

Sebuah erangan jahat sayup – sayup kudengar, kengerian yang sama yang tadi kualami beberapa menit sebelumnya, sebuah mimpi buruk, sebuah firasat jahat. Dia semakin jernih dan semakin jelas kudengar.
Aku menoleh perlahan kebelakang dengan gemetar, sementara tanganku berada diatas keyboard, kaku dan membatu.
Aku merasakan kehadirannya, semakin dekat… dan semakin dekat.
Dia tepat dibelakangku, menempel mesra pada rambutku.

10-Oct-2011
Andy Krisbianto

No comments: