Cari dengan google

Tuesday, May 8, 2012

ANGIN NERAKA

Angin dari neraka yang terdesak dan terperangkap dibalik selimut tebal sangat mengganggu konsentrasi tidurku malam ini. Walau tak tampak, tapi aku bisa merasakan kalau dia ingin terbebas, namun aku merasa begitu malas untuk menghiraukannya hingga benih - benih kekesalannya mulai merajalela merongrong diriku sedikit demi sedikit. Aku benar - benar tak menyadarinya.
Sejujurnya pada awalnya aku tak bergeming, samasekali tidak merasa terganggu.
"Samasekali ngga penting !", pikirku berujar, dan mata ini tetap dalam keadaan terpejam, walau pikiranku belum terlelap sepenuh hati.

Namun aku tak menduga, pikiranku yang positif kala itu mengira bahwa segalanya akan berakhir cepat, terhempas mengendap tanpa jejak.
Tapi semua tak berjalan sesuai perkiraanku.
Ketika aku nyaris total terlelap, mulai menikmati langkah - langkah awalku didunia mimpi yang menjeratku begitu nikmat, sebuah gebrakan maha dasyat serta merta merusak segalanya. Menarikku kembali untuk mengambil langkah mundur dari kenikmatan yang baru saja aku mulai malam ini.
Aku tersadar dan spontan berontak sekuat tenaga, mengacak - acak benda - benda terdekat yang ada disekelilingku. Bantal dan guling terserak kesegala arah, belum merasa puas... Kemudian aku menendang - nendang selimut tebalku sekuat tenaga. Aku sedikit mengejang, dan terbatuk - batuk kelelahan.
Peluh mulai membasahi dahiku, emosi sesaat menguasaiku begitu rupa membuahkan energi negatif yang telah sukses menggagalkanku memasuki dunia ciptaanku sendiri malam ini. Malam yang begitu datar, tanpa angin dan basah.
Penghianat kasat mata itu menjebol masuk dengan kasar ke lobang hidungku yang bersih tanpa noda. Bagaikan racun dunia akhir jaman yang sanggup melumpuhkan mahluk yang polos ini, yang rentan namun sekaligus menggemaskan.
Aku masih awas, penuh rasa curiga, memastikan segalanya berakhir sempurna, hingga akhirnya dua menitpun telah berlalu.
Rasa kantuk ini akhirnya telah kembali, merangkak dengan lembut, bagaikan seorang dewi mimpi yang menari - nari didepan mataku dengan lembut, membuai dan membuatku seolah - olah melayang - layang di awan - awan kediamannya, sekaligus menandakan bahwa bencana ini telah berakhir. Aku tersenyum lega, puas.. nyaris menitikkan air mata haru karena berhasil melumpuhkan iblisku sendiri. Sebuah kemenangan yang sempurna, tanpa strategi cerdas, hanya bermodalkan sebuah spontanitas yang tepat sasaran.
Aku kembali mengambil bantal dan guling yang telah tercecer, kembali mengambil selimut dan menutupi tubuh mungilku dengan perlahan dan lembut.
Aku siap untuk tidur.
Hingga tiba - tiba, kembali desakan - desakan kecil mulai menggeliat - nggeliat nakal dari dalam bokongku. Menyadari bahwa aku tak lagi memiliki daya, akhirnya dia terlepas liar, lebih kuat dan padat dari generasi pertamanya, tanpa pertahanan dan membuatku lemas tanpa perlawanan.
Mimpi burukku baru saja dimulai, haruskah ku menghimpun sisa - sisa kekuatan untuk melawan? Ataukah kali ini aku harus mengibarkan bendera putih dan menjadikannya kawan?

Demikianlah jeritan hati saya semalam, kentut busuk hasil dari hubungan nista telor rebus dan tongkol balado. Kenalilah kentutmu sendiri, bersahabatlah dengannya, jangan kau musuhi. Sayangilah dan cintailah dengan penuh ketulusan. Berperilaku sebaliknya hanya akan menghancurkan hidupmu sendiri. Semoga cerita ini menginspirasi para sahabat, mendidik dan mampu membentuk kita dan anak cucu kita kelak menjadi pribadi yang penyayang, hingga dunia ini penuh dengan kedamaian.

Salam damai, brottt... !

AndyKrisbianto
@myRoom 18-Feb-2012

No comments: